Lyudmilla Fay : Terhadap Suami, Istri Bukan Robot Yang Tidak Bisa Lelah

Admin November 15, 2021
 Istri bukan robot yang tidak sanggup letih Lyudmilla Fay : Kepada Suami, Istri Bukan Robot Yang Tidak Bisa Lelah
Lyudmilla Fay - Tulisan ini khusus saya tujukan untuk para suami. Terutama mereka yang masih saja menilai enteng pekerjaan seorang istri (dan ibu).

Ketika kau pulang dan rumah dalam keadaan berantakan. Bantulah istrimu membenahi pekerjaan itu, bukan justru menegur terlebih mengeluhkan keadaan tersebut.

Bisa jadi, sepanjang hari itu entah telah berapa kali istrimu merapikan rumah, tetapi lantaran anak-anakmu sedang ada di fase aktif dan eksplore, keadaan jadi tidak pernah sanggup rapi.

Ketika kau pulang dan istrimu masih belum merapikan diri. Sapalah beliau dengan senyum dan pujian, ambil alih pengawalan anak, kemudian katakan, "Bun, capek, ya? Sini bawah umur agar sama Ayah dulu, Bunda bersih-bersih terus kita makan bareng."

Ketika kau berdiri tidur dan kopi belum tersaji di meja. Pergilah ke dapur, sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan buat sendiri kopimu. Meski rasanya tidak senikmat produksi istri, tetapi pahala yang kau sanggup telah pasti. Bisa jadi, pagi itu istrimu sedang tidak yummy badan, tetapi tidak mengatakannya kepadamu.

Pak, harga dirimu tidak akan jatuh cuma lantaran menolong pekerjaan rumah. Menyapu halaman, mencuci piring, atau menjemur pakaian. Hal itu tidak akan menetralisir kelelakian kamu.

Ingatlah, istri bukan robot yang tidak sanggup letih dan sanggup melakukan pekerjaan 24 jam tanpa istirahat. Mereka mungkin tidak mengeluh. Mereka mungkin tidak terlihat lelah. Mereka cuma sedang berupaya untuk terus menjadi istri yang menyenangkanmu, meski gotong royong itu tidak senantiasa sanggup mereka lakukan.

Saat pulang dari bekerja, bawalah oleh-oleh walaupun cuma sebungkus roti.
Saat pulang dari bekerja, ucapkanlah kebanggaan walaupun beliau belum mandi.

Jangan aib meminta maaf di saat melakukan kesalahan sekecil apa pun.
Jangan aib mengucapkan terima kasih lantaran beliau telah mengurusi rumah dan anak-anakmu seharian.

Mungkin setiap kali habis gajian, kau sanggup menjinjing istri jajan berdua di pinggir jalan. Ulangi lagi ingatan masa pacaran. Sekadar makan semangkuk bakso seharga lima belas ribu, kemudian pulangnya belikan beliau kerudung atau sepatu di pasar kaget.

Jangan aib untuk memuji istri di depan orang lain. Karena pujianmu merupakan penambah power bagi istri.

Tidak perlu bicara dengan nada tinggi di saat istri berbuat kesalahan.
Tidak perlu berteriak garang di saat istri melakukan kecerobohan.

Kamu sanggup bicara sambil memeluk beliau di kamar. Misalnya saja, menyerupai ini: "Bunda, tadi itu Bunda nggak sengaja hapus file kerja Ayah, ya, di komputer? Besok-besok, agar Ayah aja yang matikan komputer, ya. Bunda kan udah kecapekan sepanjang hari ngurusin rumah."

Tahukan kamu, duhai laki-laki bergelar suami?
Bahwa di saat seorang Ibu mengalami tekanan yang menjadikannya stres, maka imbas paling buruk sanggup diterima oleh anak-anak, lantaran yang ada bareng Ibu sepanjang hari merupakan anak.

Ibu yang senang akan menghasilkan rumah lebih ceria.
Ibu yang senang akan menghasilkan bawah umur jauh lebih bahagia.

Ingatlah, istrimu bukan robot. Mereka sanggup lelah, marah, menangis.
Jadilah suami yang bukan cuma cerdik mencari nafkah.
Jadilah suami yang sanggup menjadi pendengar bagi istri.

Karena suami merupakan orang terdekat yang paling dikehendaki oleh istri.

Penulis : Lyudmilla Fay (Psikolog)
Previous
Next Post »
0 Komentar

Note: Only a member of this blog may post a comment.