- Ghibah merupakan perbuatan dosa yang dibenci Allah, namun sering dijalankan penduduk di kehidupan sehari-hari tanpa disadari.
Dosa ini terkadang terjadi di ruang tamu, di kantor, di meja makan, ditempat beli sayur, di program arisan, di program kumpul keluarga, dan dimana saja orang berkumpul dan gampang bercerita.
Ghibah merupakan nama lain dari sikap bergosip, menggunjing, meringak (bahasa Sambas), menceritakan malu dan kelemahan orang lain.
Ghibah juga tergolong sikap tercela dan perbuatan zalim yang sungguh dilaknat Allah bahkan pelakunya diancam dengan siksaan di dunia maupun di akhirat.
Bagaimana persepsi Al-Qur'an dan Hadits ihwal dosa ghibah? Berikut dalil ihwal Ghibah.
Dalil Tentang Bahaya Ghibah
1. Benar menjadi Ghibah, Salah menjadi Fitnah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata: “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak senang untuk didengarkan orang lain.” Beliau ﷺ ditanya, “Bagaimana kalau yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi ﷺ: “Jika sesuai realita bermakna engkau sudah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, bermakna engkau sudah memfitnahnya.” [HR. Muslim no. 2589]
Jadi, ketika seseorang menceritakan kelemahan atau mengumbar malu orang lain, ia akan terancam mengerjakan 2 dosa. Jika ceritanya benar bermakna ia sudah mengerjakan dosa ghibah. Sedangkan kalau ceritanya bohong, maka ia sudah mengerjakan dosa fitnah.
2. Diancam azab Dunia dan Akhirat
Allah berfirman dalam Surat An-Nur Ayat 19:
"Siapapun gemar menceritakan atau menyebarluaskan kejelekan kerabat Muslim terhadap orang lain diancam dengan siksa yang pedih di dunia dan di akhirat." (QS. An-Nur: 19)
Jadi, Allah tidak menangguhkan siksaan bagi orang yang suka gosip, menggunjing, atau ghibah. Siksaan tersebut tidak hanya di timpakan di akhirat, melainkan akan eksklusif disegerakan di dunia juga.
3. Dianggap makan bangkai kerabat sendiri
Allah berfirman dalam Surah Hujurat Ayat 12:
"Wahai orang-orang beriman jauhilah banyaknya dugaan bahwasanya sebagian dugaan itu dosa, janganlah kalian mencari-cari kesalahan, jangan menggunjing sebagian terhadap sebagian, apakah engkau bahagia kalau makan daging bangkai saudaranya? Maka kalian membencinya, dan takutlah terhadap Allah bahwasanya Allah menerima taubat dan Maha penyayang." (QS. Hujarat: 12)
Jadi, orang yang suka ghibah dianggap mirip orang yang makan daging bangkai saudaranya sendiri. Alias orang yang tidak mempunyai logika sehat, kotor, gangguan jiwa, dan tidak berperikemanusiaan.
4. Dianggap muslim yang jelek
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang Islam itu kerabat bagi orang Islam lain, jangan saling mengkhianati, jangan saling membohongi, dan jangan saling merendahkan, setiap Muslim atas Muslim yang lain itu haram rahasianya, hartanya dan darahnya, taqwa itu ada disini (dalam hati) cukup seseorang dibilang jelek kalau menatap rendah saudaranya Muslim." (HR. Tirmidzi)
Jadi, orang yang suka ghibah dicap selaku orang jelek atau tidak mempunyai susila lantaran menyerupai merendahkan dan mengkhianati sesama kerabat muslim.
5. Dosa Ghibah lebih besar dari Zina
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ghibah itu lebih berat dari zina. Seorang sobat bertanya, ‘Bagaimana bisa?’ Rasulullah SAW menjelaskan, ‘Seorang pria yang berzina kemudian bertobat, maka Allah bisa eksklusif menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni hingga dimaafkan oleh orang yang dighibahnya,” (HR At-Thabrani).
Bayangkan, zina saja merupakan dosa yang sungguh besar. Tapi ternyata menceritakan kejelekan orang lain lebih besar dosanya ketimbang zina. Karena zina itu tergolong dosa antara hamba & Tuhan-nya, sehingga taubat sudah cukup selaku penghapus dosa. Sedangkan ghibah itu tergolong dosa antara sesama manusia, sehingga taubat terhadap Allah saja tidak cukup. Pelakunya mesti meminta maaf terhadap orang yang sudah ia zalimi dan mengakui perbuatannya.
6. Paling permulaan masuk Neraka & paling simpulan masuk Surga
Allah pernah berfirman terhadap Nabi Musa AS:
“Siapa saja yang meninggal dunia dalam kondisi bertaubat dari perbuatan ghibah, maka ia merupakan orang terakhir masuk surga. Dan siapa pun yang meninggal dalam kondisi sudah biasa berbuat ghibah, maka ia merupakan orang yang paling permulaan masuk neraka.”
Diakhirat nanti ada orang yang disegerakan masuk neraka dan diakhirkan masuk surga, mereka itu merupakan orang yang bahagia ghibah.
7. Bertukar pahala dan dosa
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa yang berbuat zalim terhadap saudaranya, baik terhadap kehormatannya maupun sesuatu yang lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalannya darinya hari ini juga sebelum dinar dan dirham tidak lagi ada. Jika ia punya amal salih, maka amalannya itu akan diambil sesuai dengan kadar kezaliman yang dilakukannya. Dan kalau ia tidak mempunyai kebaikan, maka kejelekan orang yang ia zalimi itu dibebankan kepadanya." (HR Bukhari)
Ghibah tergolong zalim terhadap sesama manusia. Pelakuknya mesti secepatnya mengakui perbuatannya dan meminta maaf langsung. Jika tidak, maka di alam abadi kelak pahala dari pelaku ghibah akan diberikan terhadap orang yang ia ghibahi, sedangkan dosa orang yang sudah dighibahi akan diberikan terhadap pelaku ghibah. Sehingga pahala orang ghibah bisa saja habis dan malah ditambah dosa dari orang lain.
Azab Pelaku Ghibah
Seperti yang dijelaskan dalil Al-Qur'an di atas, orang yang suka Ghibah akan di siksa oleh Allah di dunia dan di akhirat. Berdasarkan dongeng dari orang yang pernah ghibah, azab tersebut betul-betul ada.
Biasanya malu atau kelemahan orang yang sudah ia ceritakan akan ditimpakan ke kepadanya, ke keluarganya, atau ke anak cucu keturunannya. Seram kan?
Misalnya kalian menggunjing tetangga lantaran anak tetangga cacat. Maka besar kemungkinan sebuah ketika nanti menantu atau anak atau cucu kalian akan mengalami hal yang mirip dengan anak tetangga yang sudah digunjing / digosipkan, yakni cacat.
Ada juga kasus orang renta yang mencela anak orang yang menyibukkan lulus kuliah, namun jadinya anaknya sendiri mengalami hal yang sama.
Pepatah mengatakan, apa yang kita tanam niscaya akan kita tuai. Sedangkan ilmuan mengatakan, energi di dunia ini bersifat infinit dan berhubungan satu sama lain, makanya segala sesuatu niscaya akan berbalik arah. Jika kita berbuat buruk, maka kita akan menerima keburukan, begitupun sebaliknya.
Cara Menghindari Ghibah
Telah begitu terang larangan dan ancaman ghibah. Oleh lantaran itu islam mengajarkan cara mudah-mudahan kita terhindar dari sifat ini.
1. Ingat ada malaikat pengawas
Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Tiada sebuah ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang senantiasa hadir”. (Qaf : 18)
Hindarilah asosiasi yang di dalamnya senantiasa menceritakan malu orang lain, mudah-mudahan kita tidak terjerumus di dalamnya.
2. Diam lebih baik
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Barang siapa yang beriman terhadap Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
Ada kalanya membisu menjadi penyelesaian yang baik, dari pada mengatakan namun banyak salah dan menyakiti hati orang lain.
Cara Mencegah Ghibah
Ghibah merupakan perbuatan tercela dan tergolong menzalimi orang lain. Oleh lantaran itu kita mesti mencegahnya ketika menyaksikan sikap mirip ini di depan mata.
Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa diantara kalian menyaksikan kemungkaran, rubahlah dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, rubahlah dengan lidahnya. Jika ia tidak mampu, rubahlah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman” (HR Muslim 70)
0 Komentar
Note: Only a member of this blog may post a comment.